Perkembangan teknologi kecerdasan buatan (AI) membawa banyak manfaat dalam kehidupan sehari-hari. Namun, seiring kemajuan tersebut, muncul pula risiko baru yang perlu diwaspadai—salah satunya adalah penyalahgunaan teknologi deepfake dan AI voice cloning untuk melakukan penipuan.
Apa Itu Deepfake dan AI Voice Scam?
Deepfake adalah teknologi yang memanfaatkan AI untuk memanipulasi wajah dan ekspresi seseorang dalam video, sehingga tampak seperti individu tersebut sedang mengatakan atau melakukan sesuatu yang sebenarnya tidak pernah terjadi. Video ini bisa sangat meyakinkan, bahkan sulit dibedakan dari yang asli oleh mata manusia biasa.
Sementara itu, AI voice scam adalah bentuk penipuan yang menggunakan teknologi untuk meniru suara seseorang. Cukup dengan beberapa detik rekaman suara, AI dapat menciptakan suara buatan yang menyerupai individu tertentu secara akurat—termasuk gaya bicara, intonasi, dan aksen.
Penyalahgunaan Artificial Intelligence, Malah Dipakai Untuk Scam?
Penyalahgunaan teknologi deepfake dan AI voice scam sudah banyak terjadi di dunia nyata, bahkan menimbulkan kerugian besar baik secara finansial maupun reputasi. Salah satu kasus yang cukup meresahkan adalah beredarnya video palsu yang menampilkan seorang pejabat pemerintah memberikan pernyataan kontroversial. Video tersebut tampak sangat meyakinkan dan sempat memicu kepanikan publik, padahal pernyataan itu tidak pernah benar-benar diucapkan.
Kasus lain terjadi di lingkungan perusahaan, di mana pelaku kejahatan menggunakan suara tiruan yang sangat mirip dengan CEO sebuah perusahaan besar. Dalam panggilan telepon tersebut, “sang CEO” memberikan instruksi kepada staf keuangan untuk segera mentransfer sejumlah dana ke rekening tertentu. Karena suara dan nada bicaranya sangat menyerupai aslinya, pegawai tersebut tidak merasa curiga hingga akhirnya sadar bahwa mereka telah menjadi korban penipuan.
Tidak hanya menyasar institusi, teknik serupa juga digunakan untuk menipu individu. Ada kasus di mana pelaku meniru suara anggota keluarga korban, misalnya anak atau saudara, dan berpura-pura sedang dalam kondisi darurat. Dengan tekanan emosional yang kuat, pelaku meminta uang atau mencoba mengakses informasi sensitif—dan tidak sedikit korban yang tertipu karena percaya itu benar-benar suara orang terdekat mereka.
Romansa Tipuan: Ketika AI Mengelabui Hati dan Dompet
Love scam berbasis AI kini menjadi modus penipuan yang semakin marak dan sulit dikenali. Pelaku memanfaatkan teknologi deepfake dan chatbot AI untuk menciptakan identitas palsu yang tampak meyakinkan—baik dari segi wajah, suara, maupun gaya bicara. Dengan identitas fiktif ini, mereka menjalin hubungan emosional dengan korban melalui aplikasi kencan atau media sosial. Chatbot yang diprogram khusus dapat berbicara dengan nada romantis dan personal, seolah-olah benar-benar manusia. Setelah hubungan terbentuk, pelaku mulai meminta uang dengan berbagai alasan—dari kebutuhan darurat hingga janji pertemuan yang tidak pernah terjadi. Dalam banyak kasus, korban akhirnya mengalami kerugian finansial dan trauma emosional.
Menurut data OJK, penipuan digital termasuk love scam telah merugikan masyarakat Indonesia hingga Rp700 miliar hanya dalam tiga bulan terakhir. Survei internasional menunjukkan bahwa 1 dari 4 orang pernah tergoda oleh chatbot AI, dan lebih dari separuh menyadari bahwa mereka pernah berinteraksi dengan akun non-manusia. Karena itu, banyak pihak kini mendorong penggunaan sistem verifikasi digital seperti “Proof of Human” untuk memastikan pengguna adalah manusia asli. Upaya ini diharapkan dapat menekan penyebaran akun palsu, meningkatkan kepercayaan pengguna, dan melindungi masyarakat dari penipuan berbasis AI yang semakin canggih.
Ancaman Serius Bagi Semua Orang
Salah satu hal yang membuat deepfake dan AI voice scam begitu berbahaya adalah karena sulit dideteksi. Hasil manipulasi yang dihasilkan oleh teknologi ini semakin realistis, hingga tak jarang pengguna awam tidak mampu membedakan mana yang asli dan mana yang palsu. Ditambah lagi, konten semacam ini dapat menyebar dengan sangat cepat melalui media sosial atau aplikasi pesan instan, sehingga dalam hitungan menit saja, informasi palsu bisa viral dan menimbulkan kepanikan atau kesalahpahaman yang meluas.
Yang lebih mengkhawatirkan, ancaman ini tidak terbatas hanya pada individu, tapi juga menyasar organisasi, perusahaan, bahkan lembaga pemerintahan. Baik karyawan biasa, pejabat publik, maupun pemilik usaha kecil bisa menjadi target penipuan. Dampaknya pun sangat luas dan multidimensi—mulai dari kerugian finansial, hilangnya kepercayaan mitra bisnis, kerusakan reputasi pribadi atau institusi, hingga potensi gangguan terhadap stabilitas sosial.
Langkah Perlindungan yang Dapat Dilakukan
Untuk menghadapi ancaman deepfake dan AI voice scam, langkah pencegahan perlu dimulai dari hal yang sederhana namun krusial, seperti melakukan verifikasi melalui kanal berbeda. Jangan langsung mempercayai instruksi yang disampaikan melalui satu media komunikasi saja—baik itu email, pesan suara, atau video call. Jika memungkinkan, lakukan konfirmasi ulang melalui jalur resmi atau pertemuan langsung guna memastikan keaslian pesan yang diterima.
Selain itu, penting bagi individu maupun organisasi untuk meningkatkan literasi digital. Edukasi secara berkala kepada karyawan, keluarga, dan mitra bisnis mengenai modus-modus baru dan bagaimana cara mengenalinya akan sangat membantu dalam membangun pertahanan awal yang kuat. Pemahaman ini menjadi modal penting untuk tidak langsung terjebak ketika berhadapan dengan konten palsu.
Dari sisi kelembagaan, perusahaan juga perlu memperkuat sistem keamanan dan prosedur internal. Implementasi otentikasi berlapis, kebijakan anti-penipuan yang tegas, serta audit rutin terhadap komunikasi penting akan membantu mencegah tindakan yang merugikan sebelum terjadi.
Dan yang tak kalah penting, kita semua harus tetap kritis terhadap konten digital—baik itu video, rekaman suara, atau pesan instan. Jika ada konten yang tampak tidak wajar, sensasional, atau menyangkut permintaan mendesak, sebaiknya jangan langsung direspons. Luangkan waktu untuk menelusuri kebenarannya sebelum bertindak.
Keamanan Dimulai dari Kesadaran
Deepfake dan AI voice scam adalah bentuk ancaman siber yang relatif baru, namun dampaknya dapat sangat merugikan. Oleh karena itu, penting bagi setiap individu maupun organisasi untuk terus meningkatkan kewaspadaan dan membekali diri dengan pemahaman yang tepat.
Di era digital, melihat belum tentu percaya, dan mendengar belum tentu benar. Selalu jaga diri dan orang di sekitarmu, ya!