Pernah membayangkan gimana caranya supaya rumahmu aman dari pencuri? Misalnya, kamu menyewa seseorang untuk mencoba “membobol” rumah, mencari cara agar pencuri tidak bisa masuk, lalu setelah itu semua kelemahan diperbaiki. Itulah prinsip dasar dari penetration testing atau biasa disebut pentest. Dalam dunia keamanan siber, pentest adalah metode yang dilakukan untuk “menguji coba” kekuatan pertahanan sistem agar tidak mudah ditembus.
Pentest, Ibarat Mengecek Keamanan Rumah
Bayangkan rumah adalah sistem komputer, dan pintu, jendela, serta dinding adalah lapisan keamanannya. Dalam pentest, tim keamanan yang berizin dan berpengalaman (ethical hackers) akan mencoba “mencari celah” dalam sistem, layaknya seseorang yang mencoba mencari titik lemah rumahmu, seperti pintu yang gampang dibuka atau jendela yang longgar. Tujuannya bukan untuk merusak, tetapi untuk memastikan semua sudut aman dari “penyusup” atau hacker yang berniat jahat.
Contoh sederhana lainnya adalah brankas. Pentester akan mencoba semua kemungkinan untuk “membobol” brankas tersebut, mencari kode, memeriksa kekuatan bahan, atau mencari kelemahan lainnya. Dengan cara ini, pemilik brankas bisa memperbaiki kelemahan sebelum pencuri beneran mencoba melakukan hal yang sama.
Apa Saja Langkah-langkah Pentest?
Secara umum, ada beberapa langkah utama dalam pentest yang bisa diibaratkan dengan situasi sehari-hari:
- Perencanaan dan Persiapan: Bayangkan kamu ingin menguji rumah teman. Kamu akan membuat rencana terlebih dahulu, apakah kamu akan mencoba dari pintu depan, lewat jendela, atau atap. Dalam pentest, ini disebut fase reconnaissance atau pengumpulan informasi, di mana pentester akan memetakan “pintu-pintu masuk” pada sistem.
- Scanning: Setelah rencana dibuat, langkah berikutnya adalah melakukan “pemindaian” untuk mencari tahu lebih dalam tentang titik masuk yang mungkin lemah. Ini seperti kamu mengelilingi rumah, mencari celah yang bisa dimanfaatkan. Dalam sistem, scanning berarti mencari “port” atau akses yang mungkin terbuka.
- Exploitation: Di sinilah pentester mencoba masuk ke dalam sistem menggunakan celah yang ditemukan. Sama seperti saat kamu mencoba membuka pintu yang longgar atau masuk lewat jendela yang tidak terkunci. Eksploitasi ini bertujuan untuk mengetahui apakah titik lemah bisa dimasuki dan sejauh mana kerentanannya.
- Laporan dan Perbaikan: Setelah menemukan celah, pentester akan melaporkan hasil temuannya agar pemilik sistem bisa memperbaiki dan memperkuat keamanan. Ibaratnya, setelah kamu menemukan jendela longgar di rumah teman, kamu laporkan agar jendela tersebut diperbaiki. Di dunia nyata, pentest membantu perusahaan memastikan sistem mereka tahan terhadap serangan siber.
Contoh Kasus Pentest yang Relate Dengan Kehidupan Kita
Katakanlah kamu memiliki aplikasi dompet digital yang menyimpan data finansial. Jika aplikasi ini disusupi oleh orang tak bertanggung jawab, data finansialmu bisa bocor, bahkan dana bisa diambil. Pentest pada aplikasi ini akan mencoba mencari “celah” yang mungkin ada, misalnya kelemahan dalam password, firewall yang kurang kuat, atau cara data disimpan yang tidak aman. Setelah celah ditemukan, tim keamanan bisa memperkuat aplikasi sehingga data pengguna aman dari peretas.
Pentest untuk Masa Depan Digital Kita yang Lebih Aman
Pentest bukanlah tindakan yang merugikan, melainkan tindakan pencegahan. Dengan menguji sistem secara proaktif, perusahaan dan pemilik sistem bisa memperbaiki kelemahan sebelum diserang peretas sebenarnya. Ini adalah langkah bijak untuk menjaga keamanan data, aset, dan reputasi.
Regulasi Pentest di Indonesia
Dalam dunia perbankan dan fintech di Indonesia, penetration testing diwajibkan dan diatur oleh beberapa peraturan untuk memastikan keamanan data dan sistem teknologi informasi. Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menerapkan regulasi ketat untuk memastikan bahwa institusi keuangan, termasuk bank dan penyedia layanan fintech, memenuhi standar keamanan teknologi informasi.
- Bank Indonesia (BI):
- Peraturan Bank Indonesia Nomor 23/6/PBI/2021 tentang Penyedia Jasa Pembayaran mengatur tentang penyediaan jasa pembayaran yang aman dan andal, termasuk kewajiban untuk melakukan pentest sebagai bagian dari manajemen risiko
- Peraturan Bank Indonesia Nomor 23/7/PBI/2021 tentang Penyelenggara Infrastruktur Sistem Pembayaran juga mencakup pengaturan tentang penguatan fungsi penyelenggaraan infrastruktur, termasuk kewajiban untuk melakukan pentest.
- Otoritas Jasa Keuangan (OJK):
- OJK mengharuskan bank untuk memiliki manajemen risiko teknologi informasi yang komprehensif dan melakukan evaluasi berkala terhadap keamanan sistem mereka. Salah satu cara untuk mematuhi regulasi ini adalah dengan melakukan pentest
- Surat Edaran OJK Nomor 12/SEOJK.03/2021 tentang Rencana Bisnis Bank Umum juga mengatur tentang kewajiban bank untuk melakukan pentest sebagai bagian dari upaya menjaga keamanan sektor keuangan
Di era digital yang semakin maju, kita semakin bergantung pada teknologi yang menyimpan begitu banyak data pribadi di dalamnya. Memahami pentest sama pentingnya seperti memastikan rumah atau akun media sosial kita aman dari penyusup. Pentest memberikan jaminan tambahan dengan mengidentifikasi dan menutup kerentanan, sehingga risiko serangan siber dapat diminimalisir. Meskipun pentest tidak menjamin aplikasi tidak akan pernah diretas, proses ini mengurangi risiko dan memberikan wawasan penting bagi pemilik aplikasi mengenai potensi titik masuk bagi penyerang. Pada akhirnya, inti dari ketahanan siber adalah mitigasi risiko dan kemampuan untuk bangkit kembali dengan cepat melalui Disaster Recovery Plan (DRP) dan Business Continuity Plan (BCP) yang telah disiapkan dengan matang.